Cara Menasehati Anak – Dalam kehidupan dalam keluarga atau jalinan sosial antar sesama tidak pernah luput dari kesalahan, kadang waktu kita khilaf lakukan suatu kesalahan kadang mereka yang ada disekeliling, kita tanpa sadar melakukan kesalahan baik disadari ataupun tidak kita sadari.
Pantas saja kalau islam mengajarkan umatnya untuk saling menasehati satu sama lain sebagai tempat perbaikan di dalam kehidupan sosial. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya bila memandang aib padanya dia langsung memperbaikinya” (HR. Bukhari)
Meperbaiki Niat Sebelum Menasehati

Jika kita ingin menasehati seseorang maka cara pertama yang kudu kita lakukan adalah meniatkan nasehat kita hanya untuk meraih ridho Allah SWT, dikarenakan tak sekedar diterimanya nasehat kita oleh orang yang kita nasehati cara ini pula kita berhak atas pahala dan ganjaran dari Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya tiap tiap amal itu tergantung kepada niatnya dan memang tiap tiap orang itu hanya meraih cocok apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul nya maka hijrahnya dinilai kepada Allah dan Rasulnya.
Barangsiapa hijrahnya dikarenakan dunia yang hendak diraihnya atau dikarenakan wanita yang hendak dinikahinya maka hakihat hijrahnya itu hanya kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya” (HR. Bukhari & Muslim).
Menasehati Secara Rahasia

Mungkin kita kerap mendapati nasehat yang disampaikan terang-terangan, saat menasehati orang banyak seperti pada ceramah-ceramah namun ada kalanya nasehat yang kita memberikan pada seseorang yang lakukan kesalahan.
Kita harus menyampaikan secara rahasia dan kebanyakan saat seseorang yang diberi sebuah nasehat secara rahasia maka kemungkinan besar, bisa saja nasehat berikut dapat diterima. Seperti yang dikatakan Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri
“Jika kamu hendak berikan nasehat (kepada saudaramu) sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali kalau bhs sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Menasehati Tidak Dengan Memaksa

Yang kudu diingat terhitung saat kita hendak mengimbuhkan nasehat pada seseorang alangkah baiknya kita tidak memaksa ia untuk terima nasehat kita. Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan:
“Janganlah kamu berikan nasehat mensyaratkan nasehatmu kudu diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zhalim” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Menyampaikan Nasehat Dengan Lembut dan Santun
Sebagai pemberi nasehat kita terhitung dianjurkan untuk berikan nasehat yang lembut, sopan, dan penuh kasih sayang. Hal ini dikarenakan berikan nasehat diasumsikan seperti terhubung pintu sedangkan sebuah pintu tidak dapat dapat dibuka tak sekedar kunci yang pas dan tepat.
Karenakan pintu berikut adalah hati maka kuncinya adalah bahasa yang disampaikan dengan cara yang lemah lembut, santun, dan penuh kasih. Sesuai sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya karakter lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia dapat menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah karakter itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia dapat membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim)
Sesuai apa yang ditunaikan Nabi Musa pada Fir’Aun. Seperti yang kita tahu, Fir’aun adalah sosok yang paling kejam dan keras dimasa Nabi Musa, namun Allah SWT sudah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun supaya menasehatinya lemah lembut. Sebagaimana Firman Allah SWT:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaahaa: 44)
Demikian sebagian adab menyampaikan sebuah nasehat kepada seseorang yang lakukan kesalahan. Semoga keterbiasaan kita dalam adab ini, senantiasa bisa kita terapkan dan jaga selalu. Serta nasehat yang kita tujukan dapat diterima dan tidak menyakiti perasaan seorang anak.